Puisi Pagi

Gelapnya malam tak kunjung henti akan Pagi

Meraung raung nyanyian yg pelan terkuras

Umat bergegas dalam pencarian,  belahan yg lain kaukan temukan cibiran kepada dia yg masih bersolek indah dalam mimpi yg tak kunjung usai sedari malam. 
Cacian pada mereka yg tak ikut kebiasaan. 

Kiranya hidup harus sama cara tak peduli bagai mana rezeki pencipta.
Dari sandaranku yg tak empuk ini,  biarkan aku temukan cara menikmatinya.

Perempuan dan Tas gunung

Picture taken in Cape Range,  Western Australia. 

Ketika tempat tidurku memiliki roda dibarengi kepala yg sudah terlalu lama di atas dan juga mandi yg entah kapan terakhir di sampingnya ada hati yg penuh nan hampa. 

kasihannya, calon pendampingnya begitu sibuk membuat rencana dan aku masih sibuk membuat kehidupan namun bukan itu yang buat kita pisah jika aku dan dia masih sama menyukai gunung, laut,  dan aspal panas. 

Kita masih punya alasan berjalan bersama tanpa saling bergandengan,  tanpa matanya tak melihatku lekat, tanpa hatinya berjarak dekat,  tanpa dekap, penuh sekat. 

Romansa berbeda tuju yang seringkali mengharu pada perempuan pemilik ransel 50liter. Dianggapnya aku tak bertujuan,  yah.. mungkin kau kurang minum kopi denganku sampai pukul dua pagi, mungkin kau taunya kelakar tawa tanpa suara yg kau hanya saksikan pada poto senang-senang yang kupajang di rumah mayaku. Yah,  ketidakjelasanku sama dengan rasamu membaca ini jika sempat. yah semua hampir tak sama namun kau bisa rasakan manisnya hati yang kupunya. sudah berapakali kusampaikan ini mungkin bisa tak berujung,  jangan kau lanjutkan jika ada telpon dari orang penting,  jika ada klien meminta dihibur,  jika kamu masih tak berpihak denganku. . . . . 

Makassar,  entah ini tanggal berapa,  saatku baru terjaga lagi.

Tiga Mingguku di Kota Perth

Sudah tiga minggu saya habiskan waktu di Perth, dengan segala kesemrawutan fikiran yang too much worried karena saat itu saya masih seorang Zizi yang kurang pengalaman sebagai easy traveler dan selalu mengutamakan kesempurnaan, persiapan matang dan segala macamnya yang mendefinisikan seseorang yang perfectcionist, dan saya harus keluar dari cara hidup seperti itu terhitung saat pertama kali menginjakkan kaki di bandara Perth, sebagai destinasi pertama dengan Visa bekerja dan berlibur yang saya pegang selama di negeri kanguru ini.

Setelah memasukkan surat lamaran kerja di berbagai tempat yang saya tak tau lagi berapa lokasi yang pernah saya singgahi untuk menanyakan lowongan pekerjaan, akhirnya di hari ke Sembilan saya mendapatkan pekerjaan paruh waktu selama tiga jam sehari dengan upah di bawah standar gaji di Australia. Kitchen Hand, yah.. saya bekerja di dapur menemani chef di sebuah restoran khas Indonesia Timur, pemiliknya adalah Orang Indonesia yang sudah berkewarganegaraan Australia. Ci Susi dan Ko Ben, Mereka adalah pemilik restoran ini. Ci Susi lebih mengurus ke management restoran dan Ko Ben bertanggung jawab untuk semua makanan di restoran ini. Mereka sangat baik, sebagai orang baru yang setipikal saya, yang lumayan banyak berpengalaman di depan mikrofon dan juga komputer tentu sangat kaku di awal-awal memegang panci, spatula, microwave, piring dan perentelan lainnya.

Berhubung bahasa inggris saya jauh di bawah standar, saya meminta untuk di tempatkan di dapur saja, sebagai kitchen hand dan membantu Ko Ben menyiapkan segala pesanan. Entah kenapa tangan saya semakin hari semakin lincah memegang segala perabutan dapur dan akhirnya Ko Ben senang atas usaha saya, walau banyak kesalahan namun Ko Ben selalu mengapresiasi cara kerja dan memaklumi kesalahan yang saya buat.

Jarak antara rumah dan tempat saya bekerja cukup jauh, dan kadang harus mengejar bis terakhir jika selepas shift kerja malam. Bus terakhir yang mengarah ke Suburb Victoria Park akan semakin cepat jika malam hari. Untuk menghemat pun saya harus berjalan kaki menuju halte bis yang memungkinkan saya sampai di rumah dengan satu kali naik bus saja.

Yah, sore itu cukup menyenangkan, banyak cucian piring, orderan dan juga Ko Ben memberi menu Ayam Goreng Manise untuk bekal makan malam yang akan saya santap besok pagi sebagai brunch pukul sebelas siang.

Tiba di rumah, saya pun mandi dan menuju laptop untuk mencari kerjaan di www.gumtree.com.au . Hampir tiap saat jika saya di rumah, situs inilah yang paling jawara di halaman browser laptop. Malam itu saya sempatkan mendaftar di dua tempat salah satunya adalah sebuah hotel di Margaret River, Australia Barat.

Mungkin karena kurang nutrisi selama tiga minggu terakhir atau mungkin kelelahan, saat bangun pagi saya merasa kepala saya kurang stabil dan merasa pusing. Vertigo saya datang. Dan saya tahu, butuh waktu kurang lebih seminggu untuk kembali normal jika kondisi ini menyerang. Seharusnya saya bekerja jam 12 siang di restoran hari itu, namun karena sudah tak bisa diimbangi maka saya bergegas mengirimkan pesan ke Ci Susi untuk meminta Izin untuk tidak masuk kerja hari itu. Saya merasakan titik rendah saat itu, slogan wanita kuat yang saya pegang sepertinya menyadarkan saya bahwa saya tak sekuat yang saya pikir. Saya tumbang.

(to be continued)

Transitku, bukan transit biasa (Menjadi Volunteer di Ubud Writer and Reader Festival 2015)

Awal tahun 2015, sudah banyak hal yang terbenam dalam kepala yang meminta untuk segera dirilis. Mimpiku yang sedari dulu ingin ke luar negeri dalam rangka apapun itu meronta ingin segera direalisasikan. Tahun 2014 lalu bergulat dengan kondisi yang terbentur masalah biaya dan membuat saya mengundurkan waktu target – – – “ yasudah Zi, ke luar negerinya mungkin tiga tahun lagi” Continue reading

Mengapa Broadcasting ?

Dulu, waktu masih tinggal di kampung, entah tahun berapa televisi Cuma bisa nangkep siaran TVRI aja. Saat itu bertepatan juga dengan minus mata gue melambung tinggi jadi 2.5. TV gue ga ada remotenya dan jadilah kaki atau tangan sebagai remote manual, jadi kalo nonton TV pasti deket banget jaraknya ama TV,  dokter juga saranin buat kurangin nonton. Finally, rada males juga kan nontonnya kalo Cuma satu channel aja. Dan akhirnya minus mata gue berkurang jadi satu. Bahagia juga ternyata. Continue reading

Kos “Pencitraan” Asal Mula

Kos “Pencitraan” Asal Mula, selama hidup di Makassar, lompat dari kosan yang satu ke yang satunya lagi, kosan ini punya banyak arti buat saya, ada yang bilang kosan “senyum” karena dari tampak depan bila di amati kosan ini punya dua mata yang di bentuk dari dua jendela di bagian atas, kanopi sebagai kumisnya, dan pintu lebar di bagian bawah yang seakan membentuk bibir yang sedang senyum.

Continue reading

Apply for Work and Holiday Visa ( Subclass 462)

Berawal setelah menjadi Liaison Officer untuk tim  Australia pada event Celebes Dragon Boat International Festival 2013, tujuh hari menemani 18 peserta dari Australia, berinteraksi, menikmati kehangatan mereka dan segalanya membuat saya ingin sekali menyambangi negeri kanguru itu.  Mungkin telah diatur sedemikian rupa oleh Tuhan, saya yang sangat tidak PeDe bisa lolos Beasiswa S2 ke luar negeri tiba-tiba dapat info tentang Work and Holiday Visa ( Sub Class 462). Saya peroleh dari teman saya Pratiwi Hamdana. Panjang cerita, setelah mengoprek segala informasi untuk apply visa tersebut, akhirnya saya menahan diri untuk segera apply, sebuah persyaratan berat bagi saya untuk memenuhinya dalam waktu singkat. Persyaratan Continue reading