Sudah tiga minggu saya habiskan waktu di Perth, dengan segala kesemrawutan fikiran yang too much worried karena saat itu saya masih seorang Zizi yang kurang pengalaman sebagai easy traveler dan selalu mengutamakan kesempurnaan, persiapan matang dan segala macamnya yang mendefinisikan seseorang yang perfectcionist, dan saya harus keluar dari cara hidup seperti itu terhitung saat pertama kali menginjakkan kaki di bandara Perth, sebagai destinasi pertama dengan Visa bekerja dan berlibur yang saya pegang selama di negeri kanguru ini.
Setelah memasukkan surat lamaran kerja di berbagai tempat yang saya tak tau lagi berapa lokasi yang pernah saya singgahi untuk menanyakan lowongan pekerjaan, akhirnya di hari ke Sembilan saya mendapatkan pekerjaan paruh waktu selama tiga jam sehari dengan upah di bawah standar gaji di Australia. Kitchen Hand, yah.. saya bekerja di dapur menemani chef di sebuah restoran khas Indonesia Timur, pemiliknya adalah Orang Indonesia yang sudah berkewarganegaraan Australia. Ci Susi dan Ko Ben, Mereka adalah pemilik restoran ini. Ci Susi lebih mengurus ke management restoran dan Ko Ben bertanggung jawab untuk semua makanan di restoran ini. Mereka sangat baik, sebagai orang baru yang setipikal saya, yang lumayan banyak berpengalaman di depan mikrofon dan juga komputer tentu sangat kaku di awal-awal memegang panci, spatula, microwave, piring dan perentelan lainnya.
Berhubung bahasa inggris saya jauh di bawah standar, saya meminta untuk di tempatkan di dapur saja, sebagai kitchen hand dan membantu Ko Ben menyiapkan segala pesanan. Entah kenapa tangan saya semakin hari semakin lincah memegang segala perabutan dapur dan akhirnya Ko Ben senang atas usaha saya, walau banyak kesalahan namun Ko Ben selalu mengapresiasi cara kerja dan memaklumi kesalahan yang saya buat.
Jarak antara rumah dan tempat saya bekerja cukup jauh, dan kadang harus mengejar bis terakhir jika selepas shift kerja malam. Bus terakhir yang mengarah ke Suburb Victoria Park akan semakin cepat jika malam hari. Untuk menghemat pun saya harus berjalan kaki menuju halte bis yang memungkinkan saya sampai di rumah dengan satu kali naik bus saja.
Yah, sore itu cukup menyenangkan, banyak cucian piring, orderan dan juga Ko Ben memberi menu Ayam Goreng Manise untuk bekal makan malam yang akan saya santap besok pagi sebagai brunch pukul sebelas siang.
Tiba di rumah, saya pun mandi dan menuju laptop untuk mencari kerjaan di www.gumtree.com.au . Hampir tiap saat jika saya di rumah, situs inilah yang paling jawara di halaman browser laptop. Malam itu saya sempatkan mendaftar di dua tempat salah satunya adalah sebuah hotel di Margaret River, Australia Barat.
Mungkin karena kurang nutrisi selama tiga minggu terakhir atau mungkin kelelahan, saat bangun pagi saya merasa kepala saya kurang stabil dan merasa pusing. Vertigo saya datang. Dan saya tahu, butuh waktu kurang lebih seminggu untuk kembali normal jika kondisi ini menyerang. Seharusnya saya bekerja jam 12 siang di restoran hari itu, namun karena sudah tak bisa diimbangi maka saya bergegas mengirimkan pesan ke Ci Susi untuk meminta Izin untuk tidak masuk kerja hari itu. Saya merasakan titik rendah saat itu, slogan wanita kuat yang saya pegang sepertinya menyadarkan saya bahwa saya tak sekuat yang saya pikir. Saya tumbang.
(to be continued)